Tiang Rumah
Tiang yang berjumlah banyak mengandung filosofi
kebersamaan dan kekokohan. Bangunan berdiri diatas tiang-tiang yang
berdiri kokoh di atas lempengan batu, hal ini memiliki dasar filosofi
bangunan yang sangat menakjubkan. Jika kita melihat lingkungan tanah
batak sangat potensial untuk terjadi gempa bumi karena di apit beberapa
gunung berapi, dengan struktur seperti ini sangat memungkinkan bangunan
akan tahan terhadap gaya gempa, karena tidak akan terjadi patahan pada
pondasi. Dengan bobot bangunan yang cukup besar maka bangunan yang
didukung oleh banyak tiang akan sangat stabil.
tiang yang dekat dengan pintu (basiha pandak) yang berfungsi untuk
memikul bagian atas, khususnya landasan lantai rumah dan bentuknya bulat
panjang. Balok untuk menghubungkan semua tiang-tiang disebut rassang
yang lebih tebal dari papan. Berfungsi untuk mempersatukan tiang-tiang
depan, belakang, samping kanan dan kiri rumah dan dipegang oleh
solong-solong (pengganti paku). Tiang-tiang depan dan belakang
rumah adat satu sama lain dihubungkan oleh papan yang agak tebal (tustus
parbarat), menembus lubang pada tiang depan dan belakang. Pada waktu
peletakannya, tepat di bawah tiang ditanam ijuk yang berisi ramuan
obat-obatan dan telur ayam yang telah dipecah, bertujuan agar penghuni
rumah terhindar dari mara bahaya.
Pintu kolong rumah digunakan untuk jalannya kerbau supaya bisa masuk ke dalam kolong.
Dari sisi fungsi masyarakat Batak yang gemar beternak (kerbau, Kambing
dll) dapat memfungsikan ruang bawah ini sebagai kandak ternak.dengan
system seperti ini suhu dalam ruangan pada rumah bolon stabil,pada malam
hari akan terasa hangat karena panas suhu tubuh dari hewan ternak, dan
pada siang hari akan terasa sejuk karena banyak bukaan pada dinding.
Ruma Bolon
![Ruma Bolon](http://gultomunited.blogdetik.com/files/2010/01/dsc01568-300x225.jpg)
pintu, lebarnya 80 cm dan
tingginya 1,5 m, dikelilingi dengan ukiran, lukisan dan tulisan dan
dengan dua kepala singa pada ambang pintu. Pada zaman dahulu rumah bolon
memiliki dua macam daun pintu, horizontal dan vertikal. Namun seiring
perkembangan zaman hanya yang vertical di pakai hingga saat ini
Dinding rumah dibuat miring,
berpintu dan jendela yang terletak di atas balok keliling. Atap rumah
berbentuk segitiga dan bertingkat tiga, juga melembangkan rukut-sitelu.
Pada setiap puncak dan segitiga-segitiga terdapat kepala kerbau yang
melambangkan kesejahteraan bagi keluarga yang mendiaminya. Pinggiran
atap sekeliling rumah di semua arah sama, menggambarkan bahwa penghuni
rumah mempunyai perasaan senasib sepenanggungan. Bagian atap yang
berbentuk segitiga terbuat dari anyaman bambu disebut lambe-lambe.
Biasanya pada lambe-lambe dilukiskan lambang pembuat dari sifat pemilik
rumah tersebut, dengan warna tradisional merah, putih dan hitam. Hiasan
lainnya adalah pada kusen pintu masuk. Biasanya dihiasi dengan ukiran
telur dan panah. Tali-tali penginkat dinding yang miring disebut tali
ret-ret, terbuat dari ijuk atau rotan. Tali pengikat ini membentuk pola
seperti cicak yang mempunyai 2 kepala saling bertolak belakang,
maksudnya ialah cicak dikiaskan sebagai penjaga rumah, dan 2 kepala
saling bertolak belakang melambangkan semua penghuni rumah mempunyai
peranan yang sama dan saling menghormati. Potongan yag lebih rendah dari
dinding yang miring pada setiap sisi pintunya di penuhi dengan papan
tiang jendela vertikal yang memberikan masuknya cahaya dan angin.
Ruangan dalam rumah adat merupakan
ruangan terbuka tanpa kamar-kamar, walaupun berdiam disitu lebih dari
satu keluarga, tapi bukan berarti tidak ada pembagian ruangan, karena
dalam rumah adat ini pembagian ruangan dibatasi oleh adat mereka yang
kuat. Ruangan di belakang sudut sebelah kanan disebut jabu bong, yang
ditempati oleh kepala rumah atau por jabu bong, dengan isteri dan
anak-anak yang masih kecil. Ruangan ini dahulu dianggap paling keramat.
Di sudut kiri berhadapan dengan Jabu bong disebut Jabu Soding
diperuntukkan bagi anak perempuan yang telah menikah tapi belum
mempunyai rumah sendiri. Di sudut kiri depan disebut Jabu Suhat, untuk
anak laki-laki tertua yang sudah kawin dan di seberangnya disebut Tampar
Piring diperuntukkan bagi tamu.
Bentuk – bentukdan ruang – ruang dimana posisinya dala ruang di atur oleh pola Grid. Dapat di lihat pada gambar di bawah ini ruang yang di atur berdasarkan modul grid.
Bentuk – bentukdan ruang – ruang dimana posisinya dala ruang di atur oleh pola Grid. Dapat di lihat pada gambar di bawah ini ruang yang di atur berdasarkan modul grid.
Rumah
Batak memiliki dasar filosofi yang mendalam yang mendukung fungsi dan
struktur bangunan yang sesuai dengan alam lingkungan di tanah batak. Kalau
kita melihat bangunan rumah batak ini banyak hal yang menginspirasi
kita mengenai filosofi fisika bangunan raja-raja batak terdahulu.
Beberapa hal yang khas yang dimiliki rumah batak yang dikenal dengan Ruma Bolon ini dapat kita lihat dari beberapa bagian pada bangunan antara lain :
Kreasi Tortor dan Gondang
Ketika tortor telah menjadi hiburan, para penari dalam pesta
adat pun tidak karuan lagi menunjukkan lenggak lenggoknya. Kadang
melampaui tata krama tradisi adat batak, tentang kesopanan, kesantunan
dan kehormatan. Setelah maraknya musik eropah mengiringi tortor pada
pesta adat batak, pakem pun menjadi hilang, pemahaman gondang yang
sebenarnya tidak lagi berkembang, bahkan sebaliknya yang terjadi.
Kreasi tortor untuk hiburan diupayakan keseragaman gerak. Ini memang menjadi bagian dalam seni pertunjukan. Generesi muda cenderung hanya melihat tortor hiburan dan tidak pernah lagi menyaksikan tortor yang sebenarnya yang dilakonkan para panortor yang sebenarnya.
Manortor dengan benar kadang dituding kesurupan. Kebodohan menjadi peluru peluru penumpas kebenaran. Tortor batak semakin erosi, seiring dengan hilangnya pemaknaan gondang batak itu.
Pernah (bahkan sampai saat ini) Gondang batak dirtuding sebagai ensambel untuk pemujaan berhala. Alat untuk memanggil roh orang meninggal. Panortor yang sering kesurupan.
Pada jaman Belanda, atas rekomendasi mission, gondang batak dilarang. Kemudian diberi kelonggaran untuk pesta adat dengan perijinan yang ketat. Penerapan ijin ini sempat berlangsung lama hingga masuknya musik barat. Musik barat untuk pesta adat tidak perlu mendapatkan ijin. Pada jaman kemerdekaan, gondang batak justru tersudut karena melanjutkan perlakuan ijin dalam kurun waktu lama.
Begitu dalamnya penistaan terhadap gondang batak, seiring itu pula keengganan orang batak untuk melakukan aksi penggalian nilai gondang batak itu. Banyak yang melakukan penelitian sebatas untuk tesis keilmuan, tapi belum banyak yang menemukan “roh”nya karena dilatarbelakangi refrensi keberhalaan gondang batak itu.
Kreasi tortor untuk hiburan diupayakan keseragaman gerak. Ini memang menjadi bagian dalam seni pertunjukan. Generesi muda cenderung hanya melihat tortor hiburan dan tidak pernah lagi menyaksikan tortor yang sebenarnya yang dilakonkan para panortor yang sebenarnya.
Manortor dengan benar kadang dituding kesurupan. Kebodohan menjadi peluru peluru penumpas kebenaran. Tortor batak semakin erosi, seiring dengan hilangnya pemaknaan gondang batak itu.
Pernah (bahkan sampai saat ini) Gondang batak dirtuding sebagai ensambel untuk pemujaan berhala. Alat untuk memanggil roh orang meninggal. Panortor yang sering kesurupan.
Pada jaman Belanda, atas rekomendasi mission, gondang batak dilarang. Kemudian diberi kelonggaran untuk pesta adat dengan perijinan yang ketat. Penerapan ijin ini sempat berlangsung lama hingga masuknya musik barat. Musik barat untuk pesta adat tidak perlu mendapatkan ijin. Pada jaman kemerdekaan, gondang batak justru tersudut karena melanjutkan perlakuan ijin dalam kurun waktu lama.
Begitu dalamnya penistaan terhadap gondang batak, seiring itu pula keengganan orang batak untuk melakukan aksi penggalian nilai gondang batak itu. Banyak yang melakukan penelitian sebatas untuk tesis keilmuan, tapi belum banyak yang menemukan “roh”nya karena dilatarbelakangi refrensi keberhalaan gondang batak itu.
Tortor
![tortor](http://gultomunited.blogdetik.com/files/2010/01/tortor.jpg)
Gondang Sekkian Tali Mera
Judi kadang membahagiakan, namun lebih banyak berdampak kesusahan. Senang saat permainan dijalankan, tapi kerugian bila menuai kekalahan. Mereka menghayal akan menang, mengharap mendapat giliran “ceki” penentu kemenangan. Bila kartu penentu warna merah muncul, hentakan kegembiraan muncul.Pengalaman para penjudi selalu menyimpulkan, lebih besar kesusahan daripada kebahagiaan dari permainan judi. Badan tersiksa, pekerjaan terlantar, harta benda tergadai.
(Bedasarkan pengalaman penjudi kalangan masyarakat Batak jaman dulu yang selalu menghimbau agar terhindar dari ketagihan permainan itu dan
hebatttt!!!
BalasHapus