- Ihan Batak
- Mual Sirambe
Ikan Batak mempunyai ukuran relatif
besar, yang tersebar di Sumatra dan Jawa antara lain di Kabupaten
Kuningan, Kabupaten Sumedang (Jawa Barat) dan di Kabupaten Kediri (Jawa
timur). Di Kabupaten Kuningan, ikan tersebut dipelihara di beberapa
kolam tua dengan sumber air yang cukup dan dianggap keramat, dengan
sebutan ikan “Dewa”.
Ikan Batak belum dapat dibudidayakan
secara intensif karena pasok benih hanya mengandalkan hasil pemijahan di
alam, sedangkan populasinya di alam semakin menurun dan cenderung
langka, sehingga dikhawatirkan akan punah. Selanjutnya masalah yang
dihadapi dalam pembenihan jenis-jenis ikan perairan umum adalah
kesulitan untuk mendapatkan induk yang matang kelamin dengan kualitas
telur yang baik.
Kegiatan penelitian domestikasi ikan Batak (Tor soro)
di Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Bogor saat ini telah dapat
membiakan secara alami dan buatan. Hasil pemijahan ikan tersebut berupa
benih telah dipergunakan sebagai bahan restoking di danau Toba, Sumetera
Utara.
PERSYARATAN KUALITAS AIR
Ikan Batak cocok dengan air yang jernih
dan mengalir terus serta suhu relatif rendah, dengan dasar kolam
berbatu-batu koral dan berpasir. Contoh kualitas air yang cocok bagi
pembenihan ikan Batak adalah di Instalasi Penelitian Perikanan Air Tawar
Cijeruk, (lihat padaTabel 1).
Tabel 1 .Parameter sifat Fisika dan Kimia air Instalasi Penelitian Perikanan Air Tawar Cijeruk.
Parameter | Kisaran |
Oksigen terlarut (mg/l) | 6,8 – 7,0 |
pH | 6,0 |
Suhu (°C) | 21-24 |
C02 (mg/l) | 2,2-4,5 |
Kesadahan (mg/l) | 12,3 |
Debit Air (litcr/detik) | 6-6,35 |
Kecerahan Air | >2,5m |
PEMELIHARAAN INDUK Ikan
dapat matang gonad dengan baik dengan diberi pakan berupa pelet, dengan
kandungan protein sekitar 28-30 % dan lemak sekitar 7 %, dengan jumlah
2-3 % bobot badan per hah. Induk-induk sangat responsif terhadap pakan
buatan ini.
Induk betina yang matang kelamin di
Cijeruk mempunyai bobot 1450-2270 g, sedangkan jantan 1380-3500 g. Telur
ikan Batak yang siap dipijahkan mempunyai ukuran diameter 29-3,3 mm.
PEMIJAHAN
Ikan Batak mudah berbiak secara dengan
cara mengatur tinggi air diturunkan sekitar 30 cm selama 7 kemudian
dinaikan sedikit demi s mencapai tinggi maksimal. Ikan jantai betina
disimpan di dalam ki pemeliharaan. Perbandingan jumlah jantan dan betina
adalah 1:2. Ikan memijah secara alami sekitar 9-14 Kemudian induk-induk
akan membersihkan dasar kolam (batu kerikil) dengan radius sekitar 30
cm. Ikan akan memijah di habitat tersebut dan telur berada di sela-sela
batu koral. Telur menetas 4 5 hari pada suhu air 19 – 21° C. Benih akan
nampak sekitar 5 hari kemudian.
• Pemijahan dengan pembuahan buatan.
Induk yang telah matang gonad dirangsang
dengan hormon gonadotropin (HCG) 500 u/kg untuk ikan betina setelah 24
jam dilanjutkan dengan Ovaprim dosis 0,8 ml/kg bobot badan, sedangkan
induk jantan hanya dengan Ovaprim 0,5 ml/kg bobot badan. Sekitar 18 24
jam setelah penyuntikan induk betina akan ovulasi.
Ikan yang akan mengeluarkan telur
(nampak gelisah) ditangkap dan perutnya dialin (diurut) untuk
mengeluarkan Kemudian dicampur dengan sperm diaduk dengan bulu ayam.
Satu induk ukuran 1,650 – 3,200 kg i menghasilkan 1.050 -2.650 butir
telur.
PERAWATAN TELUR, LARVA DAN BENIH Telur ditetaskan di aquarium atau corong penetasan. Larva dipelihara di akuarium dan diberi pakan zooplankton(Brachionus, Moina)
atau naupli Artemia sampai larva berukuran 2-3 cm, dan kemudian ditebar
dalam bak atau kolam dan di pakan Tubifex dilanjutkan pakan berupa
tepung. Benih ukuran panjang 5 cm akan dicapai setelah pemeliharaan 60
hari. Selanjutnya benih tersebut siap didederkan di bak atau dibesarkan
di kolam.
Ihan Sudah langka.
Ihan memiliki nilai religius tersendiri,
terutama dalam upacara adat. Sekarang, ikan tersebut mulai langka.
Karena penangkapan terus berlangsung, tapi perkembang biakan di alam
menurun.
Pada jaman dulu penangkapan ihan di
danau toba biasanya dengan menggunakan sabaran berupa susunan batu di
tepi danau sehingga ihan masuk dengan tenang. Setelah mereka masuk,
pintu sabaran ditutup lalu dilakukan penangkapan. Tidak terjadi
pemburuan ke lubuk pemijahannya yang dapat mengganggu pertumbuhan
jentik. Pamijahan ikan lazimnya di hulu sungai yang jernih untuk
menghindari prederator yang ada dikolam raksasa itu. Sungai Binangalom
di Kecamatan Lumbanjulu adalah alam habitat ihan batak. Masyarakat
sekitar yang hendak menangkap ihan dari sungai itu sudah punya aturan
dan cara tersendiri. Aturan dan cara itu tujuannya untuk tidak terjadi
perusakan apalagi niat menghancurkkan ikan sakral itu. Namun, masyarakat
disana pernah mengutarakan kekecewaan mereka, ketika masyarakat dari
kota datang menangkap ikan di sungai itu dengan menggunakan stroom
listrik. Itu akan membunuh anak ikan, keluh mereka. Belum ada peraturan
daerah untuk perlindungan ikan langka itu.
Dinas Pertanian Perikanan dan Peternakan
Tobasa, melaksanakan kegiatan “Pembuatan Kolam Penampungan”. Tujuannya,
agar ikan yang keluar dari lubuk dimaksud, dapat tertampung .
Diharapkan, lubuk larangan yang menjadi habitat ihan yang menjadi
kebanggan orang Batak ini, bisa dilestarikan. Tujuan paling utama, yaitu
pelestarian. Lubuk larangan akan dipagari berdasarkan nilai etika dan
estetika. Sehingga, pada gilirannya bisa berpeluang menjadi objek agro
wisata minat khusus. Eksistensi ihan batak yang legendaris, harus dapat
dipertahankan.
Aek Sirambe, diyakini merupakan habitat
paling sesuai. Juga, merupakan situs menarik yang unik dan legendaris.
Disana sudah dibangun sebuah kolam untuk pembiakan ihan itu dan
selanjutnya dilepas kehilir sungai. Bila ini berhasil, sungai itu akan
dipenuhi ihan yang dapat ditangkap dan dimakan.
Kualitas air sirambe sangat bagus,
memungkinkan untuk syarat hidup ikan yang sudah hampir langka ini.
Yaitu, hanya bisa hidup pada air jernih yang terus mengalir deras,
dengan suhu relatif rendah 21 – 25 derajat Celcius. Kebiasaan dari ikan
ini, berkelompok dan beriring (mudur-udur).
Dengke Simudurudur
Ada pemahaman saat ini bahwa dikatakan
simudurudur karena ikan yang sudah dimasak dijajarkan beberapa ekor
diatas nasi dalam piring. Namun leluhur kita yang arif dan bijak itu
tidak menggambarkan sifat mati untuk harapan sifat hidup. Ihan dan
porapora memiliki sifat hidup mudurudur ke satu arah tertentu. Ini tidak
dimiliki sifat ikan mas, menurut pengamatan para leluhur.
Yang dikatakan masyarakat batak dengke
simudurudur adalah ihan dan porapora. Ikan mas tidak termasuk kategori
dengke simudurudur, tapi disebut dengke namokmok. Kedua jenis ihan dan
ikan mas dikategorikan juga dengke sitiotio, tidak termasuk porapora.
Simudurudur adalah sebutan dari sifat ikan itu semasih hidup, yaitu ihan
dan porapora. Simudurudur bukan menggambarkan (sifat) ikan yang sudah
mati, dimasak dan dibariskan dalam piring. Leluhur selalu menggambarkan
sifat hidup dan untuk hidup. Porapora adalah pilihan kedua dalam acara
mangupa setelah ihan. Ikan mas adalah pilihan ketiga. Saat ini
masyarakat adat sudah melupakan sifat ikan itu yang marudurudur dan
telah mengatakan itu pada ikan mas dan menjadi pilihan pertama (karena
Ihan langka).
Pandohan tingki pasahat upa –upa (pasahat dengke).
Dengke Sitiotio do ginoaran dengke na huupahon hami on, asa anggiat tio parngoluan mu tujoloan on; Dengke Simudurudur do huhut goarna asa sai tongtong tu joloan on sai denggan hamu mudurudur marsihaholongan di sude parngoluanmuna; Dengke Saur do deba goarna, asa anggiat nian saur hamu rap saur matua, saur di hahipason; ginoaran dope on Dengke Sahat asa sahat ma nian sude nauli nadenggan sahat pangabean sahat parhorasan di hamu lehonon ni Amanta Debata Pardenggan basa i.
Ihan Batak = Ikan Kancra / Ikan Dewa ?
Konon ikan sejenis dapat kita temukan di tempat pemandian Cibulan
(masuk wilayah Cilimus) dekat kaki Gunung Ciremai Desa Manislor,
Kuningan- Jabar. Oleh masyarakat sekitar di kenal dengan sebutan ikan
dewa / kancra. Warga sekitar “meng-keramat-kan” ikan-2 tsb dimana konon
menurut cerita bahwa ikan-2 tsb merupakan klangenan dari para leluhur
suatu kerajaan Pasundan dan hidup di lokasi tsb secara turun-temurun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar